04/12/16

Sunrise as a Gift

Brrrrmmmdddrrmmmm......
Suara roda dua yang tak asing itu membuat mataku langsung terbuka dan mengembalikan kesadaranku yang tengah melayang dalam mimpi. Dia datang.. dia datang.. walau masih amat pagi tapi itu suara mesin yang amat kukenal dan kunanti. Buka selimut dan langsung menuju pintu kamar, namun langkahku tiba-tiba langsung terhenti saat sebuah pikiran melintas begitu saja membuyarkan semua kesenangan singkat itu, tidak mungkin itu dia.
Mari kembali kealam mimpi... menarik selimut hingga menutupi kepala dan samar-samar terdengar sebuah suara 'we’re going to get it get it together right now.... going to get it get it together somehow..'
Kutajamkan pendengaran dan menutup mata lebih erat tanpa sadar pikiran ikut bersenandung bersama coldplay. 'going to get it get it together and go... up and up and up'.
Yah benar.. going to get it get it together and go... together with dreams...
Dengan perlahan pikiranku kembali melayang meninggalkan kenyataan pahit dunia nyata.
'and you can say what is, or fight for it close your mind or take a risk you can say it’s mine and clench your fist or see each sunrise as a gift'
Dan aku memilih see each sunrise as a gift.... Like U...

15/11/16

Kau Jiwa Yang Terlupa

Kau adalah sebuah syair yang tercipta dikala senja mendua pada hujan. Kau hadir disaat kegersangan merajai hari dan oases telah mengering. Kau tercipta tuk jiwa-jiwa sepi perindu makna dibalik kata dan menjelma dengan sajak indah membait cerita. Kau adalah pena yang menari menuliskan kisahnya di padang kertas putih hingga tercipta ungkapan hidup.
Masa yang singkat tuk mengukir dirimu dalam lembaran hidup. Kisah-kisah pendek memilukan hadir membanjiri jalanmu. Menarikmu ke jalur terkelam yang memaksamu menyaksikannya datang dan pergi dari hidupmu. Menahan sakit dengan kisahmu mengobati luka dalam diammu dan berharap waktu meluapkan semua rasa.
Tidak, kisahmu tidak akan pernah menguap walau panas membakar sungai kenanganmu. Karna ia akan selalu dihadirkan dalam kisahmu kemanapun kau lari. Waktu akan tetap mempertemukanmu walau dalam kematian dan ketiadaan.Berdamailah dengan kisah kecilmu dan maafkanlah rasa yang tak mampu merangkai katanya.
Kau adalah teka teki yang dikirimkan tuhan tuk dipecahkan. Kau adalah nyanyian masa akan berakhir dikala jiwa kembali padaNya. Kau adalah pengobat luka yang lahir dari kesengsaraan dan kau hadir dikala dahaga mengeringkan kata mencegahnya berhamburan menyambut sukamu.

Tentang Kamu

Apakah itu perjalanan takdir atau pilihan nasiblah yang mempertemukan kita?
Menghadirkan makhluk dengan sejuta kemampuan dan pesonanya, tawa yang amat memukau, pola pikir unik yang menantang hingga kemampuan untuk mengerti bahasa yang sangat diluar nalar. Menjadikan teman berbagi dalam kata, saling bersaing dalam rasa dan saling membuktikan diri bahwa ialah yang paling mengerti dan perduli satu dan lainnya.
Cerita klasik bagai dalam komik, dengan berbagai tokoh penghibur yang datang dan pergi. Masa singkat yang teramat manis hingga menjadi racun tuk masa depan. Menghantui ketika berada di titik terendahmu. dan menarikmu hingga jatuh dalam jelaga masa lalu.
Debat kecil dalam dunia kata hingga perang dingin dalam masa, hanyalah membuat jarak semakin dekat dan rasa semakin dalam.

RasaKu

Bagaimana rasanya lupa akan segala hal atau rasanya begitu mengingat sebuah hal namun tak yakin apakan itu nyata atau mimpi...
Bagi sebagian orang amat mudah melupakan sebuah kenangan dan sulit mengingat kenangan lainnya. Namun bagi sebagian orang lainnya mengingat adalah hal yang mudah namun melupakan sesuatu yang luar biasa sulitnya.
Disaat pikiran dan perasaan seseorang berada ditiik terendah, bukan hantu lah yang akan menghantuinya namun kenangan terbaiklah yang akan menghantuinya.
Keberanian yang sesungguhnya bukan disaat menghadapi musuh atau perampok dijalanan. Namun keberanian sejati berada disaat kau mampu mengalah dan menundukkan egomu dan menghadapi dirimu sendiri.

14/11/16

Maaf

Hei.... 
Teruntuk kamu yang sudah membenciku atau kubuat kamu membenciku. 
Maaf....
Karna tidak pernah dapat menjelaskan hal yang sesungguhnya. Pertama, saya rindu kalian, rindu menggila bersama dan saling berbagi kisah hingga saling menguatkan. 
Maaf....
Karna sudah merusak pertemanan kita #jikaakutemanmubukanabaikan. Merusak hal yang telah kalian bangun, yang telah kamu jaga. Waktu yang singkat tuk mengenalmu dan butuh seumur hidup tuk menghapusnya.
Maaf....
Karna telah menciptakan alàsan tuk membenciku dan memaksamu memilih hal yang paling kau hindari. Mungkin hanya itu caraku agar kau dapat melangkah tanpa tersiksa rindu dan sakit mengenangnya. 
Ini mungkin cara yang salah, karna aku tidak pandai bersikap dan berkata kata.
ABC....fighting....Semanggit....Be your self Be better DDS...
Sorry for that..

29/09/16

Satu Namun Banyak

Menyejukkan dikala ia datang secara teratur dan dengan tenangya. Sangat dinantikan jika ia tak hadir dan menguap diterjang panas. Mematikan saat kemarahannya memuncak dan amukan maha dasyat yang acapkali meminta tumbal.
Biarlah ia datang disaatnya dan jangan halangi jika memang waktunya untuk hadir membasahi sekeliling. Tak usah dicari dan paksa jika memang ia tak ingin menampakkan dirinya.
Hanya sang penguasa alam lah yang berhak atas dirinya. Hanya penguasa semesta lah yang mempunyai kuasa atasnya hingga tak satupun darinya yang akan ingkar pada titah sang abadi.
Rindukanlah jika memang ia datang dengan sejuknya dan hadapilah kemurkaannya atas salah diri yang tak bersyukur. Hujan adalah teman dalam tenangnya dan mematikan jika hujan menyerang dengan milyaran tetesannya.
                                                                                     -dia-

DIA

Dia mewakili dalam setiap makna, ada dalam semua kisah, terselip di banyak cerita, terukir dalam banyak kenangan. Dia selalu menemukan tempat sendiri dalam berbagai hal dan di setiap waktu.
Tak seperti aku yang akan menjadi Dia, atau kamu yang akan menjadi Dia dan mereka yang berakhir pada Dia. Dia akan tetap ada dalam keadaan apapun, dan akan selalu ditempatkan untuk ada di setiap suasana.
Dia bukan sebuah tunjuk yang kau layangkan, Dia bukan hal yang dapat kau pindahkan dan Dia tidak akan menari dalam waktu karna Dia adalah waktu itu sendiri. Dia tak dapat dipungkiri, dalam kita akan selalu ada Dia. Dia tak dapat diingkari, karna dalam setiap nafas selalu ada Dia.
Kau tak akan pernah bisa berlari dan menjauh dari Dia.
                                            -dia-

21/09/16

Indahku Dalam Kabut

Diatas tebing rindu, berselimut kabut dan bertahtakan pemandangan kenangan dan nyatamu dibawahnya. Biarlah alam membawa miliknya kemanapun ia suka. Biarlah hujan membasuh air mata hingga menetes bersamanya. Biarlah angin menerbangkan rindu keseluruh penjurunya. Dan biarlah kabut mengaburkan bayanganmu dari tebingku.
Dalam ketidakberdayaan dan keterpaksaan rasa dalam nyata. Kau tempatkan nurani dalam lorong waktu. Menunggu celah tuk berbagi, walau tusukan demi tusukan dalam setiap pelukan. Kasih yang terasa menyiksa, cinta yang tak kunjung mereda, membuat badai berkabut mengaburkan semua nyata dalam bayang, mencuri setiap kisah dan memanipulasi mimpi menjadi nyata.
Keindahan dalam kabut biru yang menyenangkan, menenggelamkan hingga kelubang tak berdasar. Menghanyutkan logika menjadi keegoisan yang merajai.
Berikan petamu padaku, hingga jelas terlihat keindahan dibalik kabut kasihmu. Buang semua fana dalam nyata. Berbagilah dengan kenangan lama, uabhlah alurnya hingga menjadi normal dan adil tuk semua.
Kau... selesaikanlah kesalahpahaman rasa itu, hingga ada tempat untukku turun dari kabut rindu dan memiliki indahmu seutuhnya.

Waktu Yang Menari

Dalam garis yang hilang, ditengah kegersangan kepercayaan dan tandusnya kasih dalam jiwa. Waktu kembali menuntunku padamu, kembali menghangatkan kisah yang pernah ada. Disetiap titik ingatku hanya kembali pada waktunya dan perasaanku menari bersamanya. Mengikuti irama setiap kisahnya, mengiringi setiap syair dukanya dan berharap dapat menyanyikan hingga nada terakhirnya.
Pencipta lagu takdir yang berkuasa atas kita, menuliskan indah penuh makna kekal abadi menjadi rahasia hati. Wahai penguasa waktu, lelahku menari dengan sang waktu, menanti di tepian tebing sambil menikmati indahmu dari sisiku. Berapa lamakah waktu yang kupunya, menanti dalam kebisuan dan berharap dalam ketiadaan.
Kekuatan kesetian membuatku mampu memanjat tebing waktu, menuntunku hingga tepiannya dan menempatkanku dan kerinduan. Tak ada yang salah dengannya, bukan kau yang menciptakannya. Tebing itu telah ada dan rasaku memaksaku hingga kesana mendakinya dan dengan genggamanmu aku menanti.
Cinta tidak pernah meminta keadilan, sayang tidak meminta pengorbanan, kisah itu telah lama mati. Haruskah aku mempererat genggamanku saat kamu memeluknya. Haruskan aku berjunga sekali lagi disaat ragamu bersamanya. Cinta tidak meminta normalnya, kasih telah mengalahkan kebiasaannya.
Kau yang selalu menginginkan keadilan, ciptakanlah keadilanmu sendiri atau tunggulah hingga yang Kuasa memberikan keadilannya padamu. Keadilan hakiki yang lembut lagi penuh kasih. Dan untukku yang menatap di tepian tebing, keadilan tak pernah menampakkan dirinya dihadapanku.
Kau yang selalu menginginkan Normal, buatlah peluang untuk normalmu. Sudut pandangmu, kebiasaanmu, hati dan fikiranmu adalah normal bagimu. Dan bagiku yang kau tempatkan ditepian jurang. Tak pernah mengenal normal dalam kisahku, karna menikmati dalam kerinduan dari sisiku.
Adilkah untukku??
Normalkah itu bagimu??
Selesaikanlah kisahmu, akhirilah nadamu, tutuplah ceritamu. Hingga tiba saatnya bagimu mengurai jalanku dan melukis takdirku. Hingga saatnya nanti aku akan menanti ditepian dengan sudutku.
Berapa lamakah waktu akan menari bersamaku?

27/08/16

Jambul yang Hilang


Entah sejak kapan rasa itu muncul kembali, rasa yang pernah hilang entah kemana. Entah sejak kapan penyesalan itu kembali menghantui, rasa sesal atas segalanya. Entah sejak kapan kehadirannya sangat kuimpikan.
Telah berapa lama semua tertimbun dalam ingatan, tertutup rapi di sudut hati yang mati. Kusimpan dalam waktu yang tak tentu, tanpa ingin membukanya kembali.
Namun kini semuanya kembali, kuat rasa ingin memilikinya lagi. Sesal ini sangat menyiksa. 10 tahun telah berlalu, tapi rasa itu kini kembali menguasai hati dan fikiranku.
Maaf yang tak pernah terucap, sesal yang yang tak pernah hilang. Cinta yang makin besar kini.
Aku rindu dia, aku cinta dia, kini aku sadar aku membutuhkannya.
Hanya dia yang mampu membuatku merasa nyaman menjadi diriku sendiri. Dia yang tak terjangkau, dia yang tlah hilang, membawa pergi rasaku. Dia yang sangat mengerti, dia yang penyabar, dia yang mau mendengar keluh kesahku hingga malam berlalu.
Tuhan... kenapa rasa ini muncul kembali, lebih besar dan menyiksa.
Jambul merah yang kurindukan, aroma tembakau yang menyenangkan, lengan besar yang nyaman, suara yang menenangkan itu.
Aku rindu jambulku yang tak akan pernah kugenggam lagi.

12/06/16

Akhir Cerita

Tak ada lagi kata untuk dirangkai, tak ada lagi rasa tuk dikenang. Dalam suka dan duka, dengan luka dan nestapa menatap lirih menjauh dari peradaban.
Kini tak ada lagi alunan nada pembawa mimpi. Kututup semua pintu menuju hadirmu, kuhapus semua rasa menuju hatimu dan kukubur semua memori akan indahmu.
Entah tuk brapa lama liang itu akan menutup. Terkunci dikedamaian abadi, menarik diri dari milik penjaga rasa. Melepaskan semua yang pernah dimiliki, berharap waktu melambat menuju keabadian.
Kuputar balik arah hidupku, mencari jalan baru menuju finishku. Menempuh liku asing yang menarikku lebih dekat pada kehampaan. Namun inilah jalan itu, sejauh apapun inilah perjalanan hidupku.
Tak akan ada lagi cerita baru, tak akan ada lagi kenangan semu. Semua tlah berakhir disini semua tlah terkubur disini.
Inilah akhir perjalanan ceritaku, tentang dunia beserta malamnya, tentang hadirmu dan semua kenangannya.
Aku tidak kalah ataupun mengalah, menempuh jalur baru tuk mencapai finishku. Setapak demi setapak waktu menyeretku menuju akhir perjalanan semu.
Ceritanya telah usai, jalinannya telah berakhir, dayanya telah mati. Bukuku telah menuju lembar terakhir, menutup rasa dan cerita. Entah dengan rasa apa dan bagaimana. Namun inilah akhir kisahnya.
Namun bukuku tak pernah kututup.

08/06/16

Kehilanganku

Kerikil tetap kerikil, tidak berbayang ditengah siang. Seberapun besar harapnya tuk bersatu kembali dengan terang, bayangan kan senantiasa menutupi hingga kerikil takkan terlihat.
Berapapun upaya yang dikerahkannya, kenangan itu tak kan pernah hadir lagi. Sikap itu takkan pernah ada lagi, kalimat itu takkan terdengar lagi. Karna kerikil hanya tlah tertinggal dalam kenangan.
Berharap tumbuh besar layaknya bayangan menyertai terang. Kerikil tak akan menang melawan takdir alam. Takkan pernah sama yang terjadi. Terang hanya milik sang bayang.
Diamlah, tutup telingamu, pejamkan matamu dan jangan berharap rindu akan datang menyapa. Walau sekedar dusta pelipur duka, terang takka pernah mengucapkannya.
Ingatlah dirimu, hanya setitik noda dimuka bumi, kecil tak berdaya dan tak kan terlihat. Abaikan dunia lihatlah kedalam bumi, dimana kesunyian hakiki hadir menelan semua harap yang tlah terbuang. Beri selamat padanya, yang mendapat semua yang kau harap. Tundukan dirimu dan sadarlah dimana kau kini.

07/06/16

Mentariku

Waktu terus berlari, setiap detiknya terasa menyiksa, berharap malam segera berlalu. Ku dambakan hangatnya mentari. Walau dalam kebutaan dan kebisuan tak mengapa asal damai terasa nyata.
Walau malam tak mempunyai bayangan, mentariku pun turut menghilang. Memang sudah suratan takdir, bayangan berjodoh dengan mentari.
Wahai penguasa malam, lewatkanlah malam ini untukku. Mengalahkan pada terang dan tinggalkan kelammu disini.
Bagai menyeret takdir diri, ku menanti dalam hati. Berharap bertemu dalam mimpi, gundahku menutup pintu diri.
Tersentakku disini, berdiam diri dalam tuli. Memaku raga bertahan dalam sunyi, berharap ia datang dengan hati. Terkulai lemah disudut diri, meratapi nurani yang tlah mati.
Akankah datang lagi, kehangatan mentari yang hakiki.
Malam terasa menyiksa saat ini. Mematahkan langkahku tu menyusuri bumi. Mencari arti yanh tlah pergi, tak terdengar kabar walau hanya sekali.
Kuinginkan malam cepat berlalu. Penguasa malam, lenyapkan kesunyian dalam hening yang menyiksa. Kurindukan mentari walau dalam kebutaan dan kebisuan.
Ia datang dan kini kembali pergi, akankah malamku segera terlewati.

Merlin


"Di dua dunia ku beralih, menyeret sepenggal rada yang tersisa. Indah malam tlah kulalui, hingga sunyinya tlahbmenjadi sunyiku. Akankah angin mengerti arti dalam setiap desahnya. Nurani menjerit menarik diri dari kedamaianya.
Dengannya ditumbuh, dan olehnya ku belajar hidup. Entah ingin atau harap, berdebar keras hingga meloncat ke liang. Vokal terngiang keras, menjeritkan sebuah nama yang berlabuh di samudra memori. Inikah yang mereka sebut rindu. Keinginan semu yang tak mungkin jadi nyata. Adalah sunyi yang menyambutnya.
Aku adalah sang malam pembawa petaka. Ribut badai memporak poranda tepian pantai. Inikah cemburu itu! Muncul dalam badai di tengah kehampaan. Untuknya insan meratap pilu bersujud penuh doa. Ratapan menyayat hati tak terletakkan menghujam sang kasih. Tak pelak tangan dingin menepis tanpa rasa. Inilah sebuah rasa yang tak pernah sampai."

Dungu & Bulan

Bagai dungu yang berharap kedunguan menghampirinya. Dungu yang selalu berharap memeluk bulan, menanti bintang jatuh tuk dimiliki.
Hanya si dungulah yang mampu setia mengabaikan perih tuk tetap dapat melihat rembulan. Menanti dalam duka sebuah sapaan hangat direlung hatinya.
Pada si dungulah penantian takdir singgah dengan kesayangannya, mengukir kembali suka diatas lukanya.
Dungu dalam harapan kosong, menatap nanar pada bintang. Iri pada sinarnya yang membuat bulan terlihat indah.
Pengelana jiwa meminjam pena pada dungu, membuat pena menari di tengah awan, mengukir sesuatu yang menghibur sang dungu.
Pengelana mencoba mengganti bulan dengan gumpalan awan yanh diwarnai, berharap si dungu merelakan setengah hatinya pergi.
Dungu yang tak pernah berakal, hidup dengan segenggam rasa yang ia simpan. Tetap setia menanti bulan dalam keheningan dukanya.
Menatap langit berharap bulan kan menyapanya, karna sang bulanlah si dungu dapat bertahan.

Kebutaan Dalam Terang

Wahai malam yang menangkan, kedamaian dalam sunyimu menentramkan jiwa para pengelana. Keheningan kegelapan yang kau rajai tlah menjaga raga penjelajah malam.
Namun terselip rindu pada terang, terang yang selalu hadir takkala matahari bersinar. Terang yang dulu terasan menyenangkan dan penuh kelembutan.
Wahai penjaga mimpi, bukannya ingin kuberpaling, meninggalkan indahnya bintang di langit malam. Tapi himpitan rasa yang tertumpah menghentakkanku pada siang.
Kutakut akan bayangan yang senantiasa menyertainya. Namun ku rindu terangnya yang menghangatkan jiwa, menenangkan gemuruh didada.
Ingin kumiliki terangnya dan kunikmati damau hangatnya. Tanpa kusadar bayangan setia selalu menggelitik emosi, mempermainkan logika hingga jiwa kembali pada kegelapan.
Dengan sisa rasa di jiwa dan kekuatan terakhir dalam raga. Kuberanikan diri bermandikan cahaya, kunikmati hangatnya matahari. Dengan mataku sebagai bayarannya.
Walau tak dapat kulihat cahayamu, aku tetap mendapatkan kehangatanmu. Kudapat memiliki dan merasa memiliki kehangatannya. Dalam kebutaan hangatmu menentramkan.
Dalam sadar kusandarkan rasa pada kehangatan, satu-satunya yang dapat kumiliki dari siang dan hanya hangat yang memang untukku, memang milikku dan hanya itu yang memang tempat bagiku.
Biarlah terang setia pada bayangan. Ku akan diam dalam kebutaan dan ketulian. Menikmati milikku yang hangat, entak itu siang atau malam bagiku kini hanya kegelapan tiada akhir.
Hanya kehangatannyalah yang dapat kumiliki dan tak tersentuh. Terima kasih tuk setitik harapan.

06/06/16

Dipenghujung Waktu

Disedikit sisa waktunya, ratap pilu itu terdengar hingga pelosok kota. Membuat gelisah yang mendengarnya, melapangkan semua rasa hingga kembali pada ketiadaan.
Dalam sudut jiwanya, terbersit secercah harap. Harap yang tak kunjung terucap, berharap sang takdir melewati dan mengabaikannya.
Wahai sang waktu, lengkapi aku dengan kisahmu. Hadirilah panggung kehidupan yang penuh sorak sorai pemilik raga.
Duhai kau pemilik hati, nyanyikan syair indahmu untukku. Belai luka yang tak kunjung sembuh dan kecuplah sunyi mimpiku.
Padamu yang selalu hadir dalam malamku, katakan pada penguasa mimpi, lambatkanlah waktu untukku. Hingga dapat kukenang lebih lama kisah tak berdasar yang tlah terlupa.
Engkau yang merajai rasa. Titahkan perintah tegasmu, pancunglah rindu yang membelenggu. Singkirkan beban yang menghambat dan perintahkan tentaramu menanam kebun cinta di gurunku.
Bagimu pemilik jiwa, ambillah kembali yang tlah kau miliki. Rebut rampasan perangmu dan simpan harta berhargamu. Hempaskan mereka yang menyentak langkahmu, perangi gundah jiwaku.
Hanya disudut waktu ku bersimpuh, berdoa dalam diam, berharap dalam sunyi dan menangis di tengah badai. Menanti hingga alam menyeleksi isinya.

Mentariku

Hanya malam yang mengerti kan ku, hanya malam yang mendekapku dalam damainya, hanya malam yang setia hadir di hari-hariku, hanya malam yang tak pernah menyentuh lukaku.
Dalam terang siang ku selalu merindukan bintang, dalam hangatnya mentari ku berlari mencari bulan, dalam ramainya petang kuberharap akan sunyinya malam.
Mentari mencintaiku dengan kehangatannya, menyambut ragaku dengan sinarnya. Berbagi terangnya dalam sepiku, merengkuhku kembali pada keramaian hatinya.
Tapi ku tak siap pada bayangan, yang senantiasa hadir di setiap siangku. Mengikuti setiap langkahku dan setia hadir dalam terangku. Kuinginkan mentari ku tanpa kehadiran bayangan yang menyertainya.
Angin membawa kabar duka dan suka, angin dapat hadir di setiap masa, angin dalam masuk dalam setiap kehidupan, dapat hadir dalam siang maupun malam.
Kuserahkan rinduku pada angin malam, bawalah ia pada terangku. Kutakuti bayangan siang, yang menyiratkan setiap rasaku.
Dikala senja datang, kuberharap angin mengembalikan pesanku. Angin malam yang dingin dan disertai hujan badai. Aku menantikan kabarnya.
Kuinginkan awan bersamaku dikala siang, melindungi dari bayangan. Namun mentari tak indah saat tertutup awan. Harapku pada indah mentari, menikmatimu dari sudut sunyiku.
Meringkuk ku si sudut gua, bersembunyi dari bayangan setia. Berharap merasakan hangatmu, raga rindu bermandikan cahaya, cahaya kesetian suci yang lahir dari harapan di pelupuk rindu.
Seandainya terangnya dapat bertahan dalam kelamku yang sunyi. Namun ku yakin ia tak akan bertahan dengan dinginnya malam-malamku.

05/06/16

Aku Adalah Kerikil

aku adalah kerikil yang berhamparan dimuka bumi. memenuhi bumi hingga menjadi sandungan dalam kehidupan.
aku adalah kerikil yang tak habis dimakan jaman. menyaksikn dalam bisu kedamaian dunia atas yang tak akan pernah kumiliki.
aku adalah kerikil pelengkap yang manis disudut duniamu. terpajang dengan rapi dan berharap selalu disana.
aku adalah kerikil yang selalu diabaikan bahkan jika dibutuhkan sekalipun.
aku adalah kerikil yang tak akan didengar walau menjadi saksi terkelam misteri kehidupan.
aku adalah kerikil yang mudah dicampakkan walau berguna untuk membenam hal terkeji dibumi ini.
aku adalah kerikil, materi penting pembangun kehidupan dan aku adalah kerikil bagian kecil dalam kehidupan. tampaku dunia tidak akan sempurna.
aku adalah kerikil yang hingga dunia berakhir tidak akan berubah. akan tetap ada dan diam dalam kebisuan.
aku adalah kerikil, tanpaku sebuah rumah tak akan berdiri, jembatan tak dapat disebrangi, tembok pembatas pun tak akan mampu bertahan.
aku adalah kerikil yang akan dilempar menjauh dari kehidupan saat tak digunakan. aku adalah kerikil hal paling nyata dimuka bumi.

04/06/16

Cinta Dan Harapan




Jika cinta memberikan kisahnya padaku, talah kusediakan singgasana megahnya ditengah hidupku. Mencintaimu dalam rasaku. Berharap tidak melihat bayangan namun sangat merindukan kehangatan cahaya. Menyatukan kasih dalam sarung kehidupan membentuk keluarga dalam harapan.
Jika cinta melarikanmu dariku, kerinduanlah yang akan mengejarnya. Jika cinta berlalu tanpa kata maka kasihlah yang akan menghadangnya. Jika cinta berpaling tanpa suara maka nyayian rindulah yang akan didengarnya.
Cinta berlari kearah yang salah, mengapa cinta datang jika ia tak tepat. Kenapa kasih hadir jika ia menghilang. Mengapa rindu memaksa duduk dihati jika ia melukai. Dan mengapa harapan selalu hadir di mimpi jika tak akan pernah ku gapai.
Wahai kekasih hati, rajutlah cintamu dengan cinta yang lainnya. Karna cintaku tidak mengikat dan menahanmu tuk tetap disisiku. Walau dengan mengingatmu dapan mengisi hari-hari asing dalam imajinasiku, keihklasan mencintai dalam harapanlah tujuanku kini.
Raihlah jembatan hidupmu, gantunglah hatimu pada ranting kuat nan tinggi. Jangan biarkan angin menjatuhkannya hingga hancur berkeping-keping.
Aku inginmencintaimu dalam keheningan. Seperti mimpi yang tak pernah diingat. Seperti rayuan alam pada bumi. Seperti mentari yang selalu hadir menghangatkan pagi. Seperti angin yang berhembus dan meniadakan hujan dibumi.
Aku ingin mencintaimu dengan caraku. Bagai tarian pena diata kertas yang menorehkan jutaan kata sayang, dan bagai syair-syair yang akan mengalunkan lagu syahdu mendamaikan jiwa. Bagai rembulan yang setia menemani malam walau ia hanya menyampaikan cahaya mentari gelapnya malam.

Kemarilah…




Jangan kau hindari takdirmu walau itu bukan aku. Jalanilah kenyataan pahit yang menimpamu dan telanlah ia bersama badai hatimu. Hadapilah disini sendiri jiwa gersang dalam pengharapan. Ciptakan ruang hampa dan lenyapkanlah rasamu bersama ketiadaan.
Jangan lari dari kisahmu walau aku tak disitu. Hai pemimpi malas,,, bangunlah dan hadapi kenyataan.. kenyataan bahwa aku bukan kisahmu, bahwa aku bukan takdirmu, bahwa aku bukan bagian dari hidupmu. Tapi ketahuilah aku akan tetap mendambakanmu dalam ceritaku dan dalam caraku.
Kemanakah kan kau langkahkan kakimu, garis mu telah jelas dan itu bukan aku. Terimalah dan ikhlaskanlah wahai kekasih hatiku. Menghiburmu dengan caraku jalan tercepat memperbaiki hatiku dan menerima kenyataan bahwa kau bukanlah pendamping hatiku.
Tegaskan hatimu dan raih cinta baru. Suarakan hasratmu dan hantamlah keras egomu. Sampaikan dengan lantang bahwa kau bukan milikku, bahwa kau tidak mendambakanku dan bahwa kau tidak mengingatku.

Sebuah Kisah Tiada Akhir


Tak pernah berharap kebahagian itu datang kembali dan mengulang masanya padaku. Tak pernah terfikir mimpi itu akan hadir kembali dan menemani malamku. Tak terbayangkan rasa itu muncul kembali dan menuliskan kisahnya lagi. Tak terelakkan semua menjadi sebuah kisah.
Mencoba menempuh kembali jalanku, jalan yang selalu kuyakini dengan segenap jiwaku. Setia pada penantian tanpa akhir dan tanpa sebuah kisah. Hanya menjadi kenangan pudar tersudut dalam kotak  penuh tambalan.
Entah darimana datangnya, mantra itu terngiang kembali, mantra yang telah bertahun-tahun hilang dari muka bumi kini kudengar kembali.
“keluarlah… buka pintunya, aku akan masuk, tempatku disitu, buka pintunya sekarang juga, maka aku akan masuk dan menghuninya disana.”
Berharap bayangan akan menelanku keperut bumi dan membaringkan raga dalam damai.
Tiada maksud menghujami dengan badai rasa dan maaf yang bertubi-tubi. Ia hadir dalam keheningan, mencekam setiap makhluk didekatnya, menarikku dalam kesunyiannya makin dalam. Menghempaskan sang waktu tuk sementara menikmati ketakukan hakiki yang merajai dunia.
Hanya suara waktu yang berkuasa, memecah segala keheningan tak berdasar. Memori terpendam berlari-lari indah dipelupuk mata. Menghantam dalam kelembutan ingatan sang kasih kembali pada pemiliknya.
Biarlah cinta membunuh dunia dan menggantinya dengan harapan yang hangat. Menumbuhkan ilalang keindahan dipagari harapan dan selalu dipupuk dengan kerinduan. Menanti dan merawat dalam kesabaran emosi.
Menunggu tuk memetik dan menikmati buah cinta pahit yang tak pernah berbuah. Akankah keajaiban datang yang menerangi kebun jiwaku. Membawa kembali hatiku yang tlah direnggut pergi. Mengembalikan kenyamanan ratap dalam pelukanku.
Akankan cinta kembali hadir menyemai gersang hati yang tlah melupakan kekasihnya.
Akankah kerinduan kembali menang dan menceritakan kembali kisahnya.
Akankah milikku dapat kugenggam lagi.
Tataplah walau disudut matamu, ingatlah walau diujung hatimu, rengkuhlah walau dengan kepalan tanganmu. Kekerasan dalam cinta yang selalu kunantikan. Tak akan pernah terucap tuk terus menanti. Membiarkannya tuk dimiliki kembali dalam ego mentari yang tak akan pernah terbit.

03/06/16

Aristoteles &Kahlil Gibran



Dalam hidup, akan ada seseorang yg tak peduli betapa dia menyakitimu dan kamu membencinya, dia masih saja dicintai oleh hatimu.
~Aristoteles~
Apa itu teman? Satu jiwa yang mendiami dua tubuh.
~Aristoteles~
Harapan adalah impian yang terbangun
~Aristoteles~
Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan. Ia adalah lagu yang muncul daripada luka yang berdarah atau mulut yang tersenyum.
~Kahlil Gibran~

Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
~Kahlil Gibran~

Aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan. Kerana aku tidak akan berdiri diam sebagai penonton yang menyaksikan perarakan berlalu.
~Kahlil Gibran~

Bila dua orang wanita berbicara, mereka tidak mengatakan apa-apa; tetapi jika seorang saja yang berbicara, dia akan membuka semua tabir kehidupannya.
~Kahlil Gibran~