Waktu terus berlari, setiap detiknya terasa menyiksa, berharap malam segera berlalu. Ku dambakan hangatnya mentari. Walau dalam kebutaan dan kebisuan tak mengapa asal damai terasa nyata.
Walau malam tak mempunyai bayangan, mentariku pun turut menghilang. Memang sudah suratan takdir, bayangan berjodoh dengan mentari.
Wahai penguasa malam, lewatkanlah malam ini untukku. Mengalahkan pada terang dan tinggalkan kelammu disini.
Bagai menyeret takdir diri, ku menanti dalam hati. Berharap bertemu dalam mimpi, gundahku menutup pintu diri.
Tersentakku disini, berdiam diri dalam tuli. Memaku raga bertahan dalam sunyi, berharap ia datang dengan hati. Terkulai lemah disudut diri, meratapi nurani yang tlah mati.
Akankah datang lagi, kehangatan mentari yang hakiki.
Malam terasa menyiksa saat ini. Mematahkan langkahku tu menyusuri bumi. Mencari arti yanh tlah pergi, tak terdengar kabar walau hanya sekali.
Kuinginkan malam cepat berlalu. Penguasa malam, lenyapkan kesunyian dalam hening yang menyiksa. Kurindukan mentari walau dalam kebutaan dan kebisuan.
Ia datang dan kini kembali pergi, akankah malamku segera terlewati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar