06/06/16

Mentariku

Hanya malam yang mengerti kan ku, hanya malam yang mendekapku dalam damainya, hanya malam yang setia hadir di hari-hariku, hanya malam yang tak pernah menyentuh lukaku.
Dalam terang siang ku selalu merindukan bintang, dalam hangatnya mentari ku berlari mencari bulan, dalam ramainya petang kuberharap akan sunyinya malam.
Mentari mencintaiku dengan kehangatannya, menyambut ragaku dengan sinarnya. Berbagi terangnya dalam sepiku, merengkuhku kembali pada keramaian hatinya.
Tapi ku tak siap pada bayangan, yang senantiasa hadir di setiap siangku. Mengikuti setiap langkahku dan setia hadir dalam terangku. Kuinginkan mentari ku tanpa kehadiran bayangan yang menyertainya.
Angin membawa kabar duka dan suka, angin dapat hadir di setiap masa, angin dalam masuk dalam setiap kehidupan, dapat hadir dalam siang maupun malam.
Kuserahkan rinduku pada angin malam, bawalah ia pada terangku. Kutakuti bayangan siang, yang menyiratkan setiap rasaku.
Dikala senja datang, kuberharap angin mengembalikan pesanku. Angin malam yang dingin dan disertai hujan badai. Aku menantikan kabarnya.
Kuinginkan awan bersamaku dikala siang, melindungi dari bayangan. Namun mentari tak indah saat tertutup awan. Harapku pada indah mentari, menikmatimu dari sudut sunyiku.
Meringkuk ku si sudut gua, bersembunyi dari bayangan setia. Berharap merasakan hangatmu, raga rindu bermandikan cahaya, cahaya kesetian suci yang lahir dari harapan di pelupuk rindu.
Seandainya terangnya dapat bertahan dalam kelamku yang sunyi. Namun ku yakin ia tak akan bertahan dengan dinginnya malam-malamku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar