03/06/16

Penghujungnya




Diujung hari ia menari dengan anggunnya. Membawakan sebuah kisah penjelajah malam yang merindukan mentari. Ia menari dengan segenap jiwa mencoba bersatu dengan semesta berharap kan memiliki bintang.
Wahai penjelajah malam, doaku berharap kau diterima sang penguasa dan meleburmu kembali pada langit malam dan menjadi bagian dari terangnya bintang-bintang diangkasa. Teruslah menari hingga gerakanmu menyentuh liang terdalam sang penguasa malam.
Setitik harapan muncul tak kala memandang indahnya taburan cahaya di kelamnya samudera angkasa. Menatap bintang paling terang yang saling berlomba memancarkan sinarnya, berharap aku kan bergabung mengarungi atmosfir dan meminjam sedikit sinarnya layaknya bulan meminjam sinar sang mentari.
Dalam selimut mimpi, jiwa-jiwa bersorak riang memanggil sang malam. Menitipkan secercah rindu pada angin, dan menyanyikan kesedihan sunyinya pada mereka pembawa duka berselimut harapan. Tanpa menoleh angin berlalu dengan cepat membawa pesan keseluruh penjuru bumi. Membangkitkan kekeringan dan dahaga tiada henti.
Hanya dapat menatap bintang dan tenggelam dalam kesunyian dinginnya malam dengan terus merindukan hangatnya mentari.
Tak pernah terbayangkan oleh sang jiwa, betapa bulan merindukan mentarinya dan berharap bersatu dengannya. Hanya dengan mentarilah sang bulan mendapat keindahannya. Membuat jiwa-jiwa terpana dan terus menatap langit malam disaat bulan memancarkan cahayanya didampingi bintang-bintang yang berlomba-lomba merebut hati-hati gersang penghuni bumi.
Wahai pelukis malam,,, damaikan jiawaku gemgamlah raga ringkih penuh dosa. Merajut damainya dipenghujung waktunya. Tiada sadar tertunduk lesu di sudut malam sebuah cinta yang membenci hatinya dan betapa ia merelakan siangnya tuk kedamaian malamnya.
Wahai pemberi mimpi, siramilah mereka yang membeku dan terpaku pada kesunyian. Culiklah dan rebutlah rasanya, jadikan mereka penghuni kotak hidupmu. Biarlah sang waktu menanti dalam liang berdebu di dasar semesta. Abaikan gemuruh hujan yang meneriakkan kekecewaannya pada pelukis malam.
Pada ia yang tak pernah tersebut, diamkan rasamu, rengkuhlah egomu, tataplah marahmu dan hujamkan kasihmu kejantung mereka. Biarlah ia hidup mengaruhi takdirmu, menjalani hari-harimu dan merusakknya dengan kebahagian semu penderita keji penciptan harapan.
Wahai pencipta yang tlah menciptakan rasa, susunlah scenario hebatmu lagi. Panggung sandiwara terhebat dimuka bumi. Jadikan kami lakon-lakon tergagah dan termegah yang kau ciptakan. Hanyutkan malam-malamnya, hilangkan kelam dan sunyinya. Buatkan ia cerita indah tuk dijalaninya.
Bagai boneka tali menari-nari dalam kotaknya. Kuperankan dengan sangat indah berharap penonton bersorak bertepuk dan mengganggapnya yang paling hebat. Ukir dengan indah langitmu, taburilah dengan harapan dan cahaya.
Hanya penguasa malam yang mampu melakukannya. Hanya pelukis malam yang akan mengerjakannya dan hanya peciptatan semu yang akan menuliskannya.
Dalam harap ia berdoa, mengutuk setiap malamnya, berharap penjaja malam singgah dan membawanya. Merangkulnya dalam jiwa nya dan membaringkannya dalam keheningan tak terelakkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar