16/05/16

TUNJUK SATU BINTANG


Dalam luasnya semesta, diantara banyaknya sinar terang bintang-bintang aku dapat menemukannya dengan cepat dan pasti. Walau tertutup oleh terangnya sinar lain ku yakin itulah bintangku. Dia jauh… sangatlah jauh, namun tetap terlihat indah. Dia kecil… amatlah kecil, namun terlihat paling terang. Dia dingin… amat dingin, namun tetap menghangatkan bahkan hingga membuat jiwaku terasa nyaman dihadapannya.
Hanya dengan ditemani oleh sinarnya dari kejauhan, kulalui setiap malam penuh kehangatan, penuh harapan dan penuh impian. Sunyinya malam terabaikan dengan menyadari ia selalu ada memperhatikan. Dinginnya malam tak pernah mengalahkan kehangatannya yang mengalir kehati dan tumpah ke tenggorokan, hingga tanpa sadar bibir pun menyanyikan lagu cinta pilu menyayat rasa rindu di sanubari, syair yang tidak akan pernah dipahami oleh seorangpun di jagad ini.
Aku sangat mendambakannya, menginginkannya didalam hidupmu. Menabur benih dan merawatnya bersama hingga menjadi kebun rimbun yang kaya akan hasilnya. Memenuhi setiap jengkal perkarangan yang gersang itu dengan keteduhan pepohonan dan rimbunan wangian bunga nan indah.
Untuknya sang bintang tlah kugali lait tak berdasar dihatiku, mengukir setiap dindingnya dengan cupid-cupid kecil yang lincah memburu sang hati dan mengubrunya diliang tak berdasar, memilikinya dalam hati.
Dalam kemungkinan tak terbatasia tumbuh kian besar kian kuat dan sangat menguasai. Hingga tak setitikpun dalam jiwa luput dari kehangatan sinarnya. Disaat awan dan langit saling mengumbar kemesraan, diantaranya aku merajut rindu dari luka dan mengobati cinta dalam pilu. Menuai benih asmara yang ditebarkan komet mengiri jalurnya melintasi angkasa.

Dalam pembaringan ku dendangkan syair indah nan pilu. Yang dengan nekatnya membawa lari jiwa keringku mengikatkan pada putih tulang cinta. Cinta yang diharapkan dengan nyawa berbenih duka dalam kolam rindu luas bak samudera tanpa batas.
Hanya dalam ingatan kau hadir membelai lukaku, menyembuhkan sayatan perih pelipur lara. Cinta adalah gagasan alam pada makhluknya. Memberikan yang terbaik dari malam pada bintangnya.
Wahai penguasa cinta, ku serahkan hati beku ini dan bawalah ia pada dia satu-satunya penawar racun hidupku. Berharap sayap-sayap kebebasan dalam membawaku padanya, hanya denganmu ku dabat terbang bebas lepas dan menemukan arti diri.
Tanpamu tak ada artinya bebas lepas. Seperti hanya mempunyai 1 sayap, tersiksa dalam kerinduan mengarungi angkasa menggapai mimpi nan jauh tergantung diujung langit. Digerogoti oleh rindu yang mengerikan akan kampong halaman.
Mengejar cinta yang tlah pergi dari pelupuk mata. Menggapai rasa yang berlari dari genggaman. Haruskan kuteriakkan pada angin hempaskan badainya, hembuskan dengan kencang anginnya dan turunkan hujannya. Kujeritkan lolongan ini dalam diam hingga urat leher menengang putus tak terelakkan.
Hentakan perasaan yang kian kuat memaksaku menyeret raga tak berjiwa menghadapnya. Memohon pada sang terkasih, sebutlah walau hanya sekali. Sebutlah dengan lembutnya… sebutlah.. sebutkanlah namaku dengan hatimu.
Rasa yang tak terlelakkan mendorong kuat hingga tenggorokan, memaksanya tumpah mendamaikan nubari. Sambutlah.. wahai impian, sambutlah rasa murni ini walau membelakanginya. Anggaplah ia milikmu walau kau perbudak dalam kekuasaanmu, walau kau pijak dengan martabatmu. Rengkuhlah ia dalam kerajaanmu dan jadikanlah dayang-dayangmu.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar