Dalam luasnya semesta, diantara banyaknya sinar terang bintang-bintang aku dapat menemukannya dengan cepat dan pasti. Walau tertutup oleh terangnya sinar lain ku yakin itulah bintangku. Dia jauh… sangatlah jauh, namun tetap terlihat indah. Dia kecil… amatlah kecil, namun terlihat paling terang. Dia dingin… amat dingin, namun tetap menghangatkan bahkan hingga membuat jiwaku terasa nyaman dihadapannya.
Hanya dengan ditemani oleh
sinarnya dari kejauhan, kulalui setiap malam penuh kehangatan, penuh harapan
dan penuh impian. Sunyinya malam terabaikan dengan menyadari ia selalu ada
memperhatikan. Dinginnya malam tak pernah mengalahkan kehangatannya yang
mengalir kehati dan tumpah ke tenggorokan, hingga tanpa sadar bibir pun
menyanyikan lagu cinta pilu menyayat rasa rindu di sanubari, syair yang tidak
akan pernah dipahami oleh seorangpun di jagad ini.
Aku sangat mendambakannya,
menginginkannya didalam hidupmu. Menabur benih dan merawatnya bersama hingga
menjadi kebun rimbun yang kaya akan hasilnya. Memenuhi setiap jengkal
perkarangan yang gersang itu dengan keteduhan pepohonan dan rimbunan wangian
bunga nan indah.
Untuknya sang bintang tlah
kugali lait tak berdasar dihatiku, mengukir setiap dindingnya dengan cupid-cupid
kecil yang lincah memburu sang hati dan mengubrunya diliang tak berdasar,
memilikinya dalam hati.
Dalam kemungkinan tak
terbatasia tumbuh kian besar kian kuat dan sangat menguasai. Hingga tak
setitikpun dalam jiwa luput dari kehangatan sinarnya. Disaat awan dan langit
saling mengumbar kemesraan, diantaranya aku merajut rindu dari luka dan
mengobati cinta dalam pilu. Menuai benih asmara yang ditebarkan komet mengiri
jalurnya melintasi angkasa.
Dalam pembaringan ku
dendangkan syair indah nan pilu. Yang dengan nekatnya membawa lari jiwa
keringku mengikatkan pada putih tulang cinta. Cinta yang diharapkan dengan
nyawa berbenih duka dalam kolam rindu luas bak samudera tanpa batas.
Hanya dalam ingatan kau
hadir membelai lukaku, menyembuhkan sayatan perih pelipur lara. Cinta adalah
gagasan alam pada makhluknya. Memberikan yang terbaik dari malam pada
bintangnya.
Wahai penguasa cinta,
ku serahkan hati beku ini dan bawalah ia pada dia satu-satunya penawar racun
hidupku. Berharap sayap-sayap kebebasan dalam membawaku padanya, hanya denganmu
ku dabat terbang bebas lepas dan menemukan arti diri.
Tanpamu tak ada
artinya bebas lepas. Seperti hanya mempunyai 1 sayap, tersiksa dalam kerinduan
mengarungi angkasa menggapai mimpi nan jauh tergantung diujung langit. Digerogoti
oleh rindu yang mengerikan akan kampong halaman.
Mengejar cinta yang
tlah pergi dari pelupuk mata. Menggapai rasa yang berlari dari genggaman. Haruskan
kuteriakkan pada angin hempaskan badainya, hembuskan dengan kencang anginnya
dan turunkan hujannya. Kujeritkan lolongan ini dalam diam hingga urat leher
menengang putus tak terelakkan.
Hentakan perasaan
yang kian kuat memaksaku menyeret raga tak berjiwa menghadapnya. Memohon pada
sang terkasih, sebutlah walau hanya sekali. Sebutlah dengan lembutnya…
sebutlah.. sebutkanlah namaku dengan hatimu.
Rasa yang tak
terlelakkan mendorong kuat hingga tenggorokan, memaksanya tumpah mendamaikan nubari.
Sambutlah.. wahai impian, sambutlah rasa murni ini walau membelakanginya. Anggaplah
ia milikmu walau kau perbudak dalam kekuasaanmu, walau kau pijak dengan
martabatmu. Rengkuhlah ia dalam kerajaanmu dan jadikanlah dayang-dayangmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar