Suara itu selalu
menghantuinya, membuat tidurnya tidaklah nyenyak. Dan seringkali membuat
dirinya histeris seketika dan menangis disaat yang tak terduga.
Semua berawal saat ia
berada dalam kesendiriannya. Menanti entah apa yang ia nanti. Dan merelakan
sesuatu yang tak pernah dimilikinya.
Dikala hanya renungan
malam yang dapt mengerti akan dirinya dan naynyian angin yang dapat menenangkan
hatinya. Dikala itupun ia harus belajar ikhlas tuk merelakan yang tak pernah
dimiliki.
Ribuan syair menemani
kesehariannya. Sajak indah yang selalu terdengar saat kelopak bungan berguguran
dan disaat bait merdu disenandungkan oleh butir-butir hujan.
Dibawah bayangan sang
pohon yang senantiasa menyejukkan harinya yang panas. Ditemani belaian lembut
angin tropis yang mendamaikan jiwanya dan dalam dekapan hangat sang mentari
yang menajaga hatinya.
Dan ia dalam malamnya
merindukan sepasang tangan yang dapat menjaganya dan membatu disaat ia tak
dapat bangkit. Dalam kesunyian itu tumbuh melalui benih kecil yang disebut
cinta. Cinta yang besar dan tulus pada yang bukan miliknya. Dalam malam ia
menjadi sesuatu yang berbeda.
Hanya gelapnya malam
yang mengerti akan hal itu. Langit bersedih dalam dukanya, angin mengamuk
menyaksikan si pecinta yang patah hati. Penguasa malam bersemangat menelannya
dalam kelam auranya. Dan setiap malam sang monster tumbuh kian besar dan kian
besar.
Malam terasa amat
panjang, kepedihan yang tak kunjung hilang, penantian yang tak pernah berakhir
dan kenyataan yang terpampang jelas dipelupuk mata. Semua itu mematahkan
semangatnya tuk terus melaju dan memburu sang hidup. Lengkingan yang senantiasa
terdengar dalam tidurnya, isakan pilu dan sayup-sayup terdengar diseluruh
penjuru desa.
Hanya sang mentari
yang dapat menghapus semuanya. Menggantikan dengan kehangatan dan keceriaan
yang memenjarakan rintih rindu itu. Ia berpesta dalam setiap terangnya,
menyanyikan lagu cinta bersama burung-burung dan terangnya siang. Ia berbagi
kasihnya hingga pelosok yang jauh di ujung bukit, menyebarkan kebahagian dan
menanamkan benih indah yang ia harapkan buahnya.
Namun, dalam setiap
permasalahan sang waktulah pemenangnya. Benih indah yang tlah berbuah hingga
dapat dinikmati seluruh penghuni desa tak dapat mengisi kekosongan yang
menganga besar hingga mampu menelan seluruh jiwanya.
Kerinduan pada yang
bukan miliknya begitu besar, begitu hebat dan begitu berkuasanya hingga
mengalahkan buah cintanya sendiri. Penguasa malam berpesta dalam kemenangannya.
Dan siangpun kini selalu ditutupi mendung dan membuat layu setiap kelopak
bunga. Dan membuat ngeri burung-burung yang menghampirinya. Mematahkan semangat
merdu deru angin. Mengusir cupid kecil keluar dari jangkauan kebahagian.
Bahkan penguasa
tertinggi pun akan luluh lantak takkala cinta itu hilang dari genggaman. Kesatria
terkuat pun akan hancur berantakan ketika cintanya direbut paksa sang musuh. Dan
yang paling tenangpun akan gusar dan mengamuk jika cintanya dibelenggu oleh dia
yang terlarang.dan sang suci pun akan mengutuk halus dan memaki dalam hati saat
sang pecinta diperkosa oleh kebohongan
nista.
Kutitipkan cinta ini
pada mentari yang akan hilang ditelan senja dan dipenjara oleh rembulan. Karna ia
hanya akan hadir dalam hangat dan terang hati yang ikhlas. Sedangkan aku tlah
ternoda oleh benci pada dia yang memilikinya. Aku yang tlah terhina mendambakan
yang tak kan pernah kumiliki.
Baginya, kelam tlah
menyelimuti jiwa. Menelannya dalam lubang tak berdasar. Membuatnya histeris
layaknya manusia penuh siksa tak termakan waktu. Pekikan pilu yang kini
menghiasi setiap malam. Membuat anak-anak menangis ketakutan memanggil ibu
mereka, membuat burung hantu tak mampu lagi menyanyikan lagu pemanggil
rembulan, membuat binatang malam melolong hebat menerorokan ketakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar