16/05/16

ITS ME……




Dari dulu aku menyadari satu hal, apabila seseorang merasa lebih nyaman dengan ditemani benda mati seperti komputer atau buku daripada orang, maka itu berarti ia sudah memasuki permasalahan serius dalam psikologi.
Mutisme Elektif : salah satu gangguan fungsi social dimana seseorang mampu berbicara namun enggan untuk melakukannya dikarenakan alasan emosianal.
Hal tersebut hampit terjadi kepadaku dulu, tanpa aku sadari dan tanpa aku rencanakan. Tenggelam dalam buku, berharap tidak bertemu manuasia lainnya saat keluar rumah, tidak mampu keluar dari zona nyamannya sendiri dan mengganggap orang lain adalah musuhnya.
Dianggap sombong, tidak pengertian, tidak peka dan tidak-tidak yang lainnya. Dan aku sendiri tak pernah paham apakah dan siapakah aku.
Masalahku tidak nyata,,, masalahku masalah yang aku bangun sendiri di alam bawah sadarku dan tersimpan sekian lama sejak masih kecil. Apa masalahku… bagaimana memulai mebicarakannya… apa yang harus kubicarakan lebih dahulu dan kepada siapa aku harus membicarakannya???
 Namun ada satu hal yang aku yakini dan dapat kupastikan dalam sadarku hingga saat ini, aku tau siapa pemicu dibalik semua sikapku ini.
Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kata ingin dan tidak mau. Ditambah tekanan tidak berdasar yang selama ini aku terima dalam sadar atau tidak. Kehilangan tempat berpijak dan tempat berbicara dalam sekejab.
Semuanya mengubah pandanganku dan ingatanku tentang masalalu. Entah hal tersebut nyata atau tidak, tak ada yang tau.
50% kenangan yang aku anggap nyata ternyata hanyalah keinginan semu bawah sadarku. Keinginan tuk memiliki memori manis dengan lingkungannya. Entah berdasarkan nyata atau tidak.
Dan pada intinya semua hal tersebut sudah lewat masanya. Saat ini aku telah memasuki fase yang lebih baik, lebih mampu mengutarakan apa yang aku inginkan tanpa bergetar dan meneteskan air mata.
Ada satu hal yang kuingat dengan pasti dan ini adalah nyata adanya; beberapa orang yang mengenalku sering menganggapku sedang menangis padahal kenyataannya tidak sama sekali, hanya karna mataku terlihat seperti orang menangis padahal tidak ada air mata.
Simpulkanlah sendiri apa maksudnya, karna akupun tidak memahaminya dengan pasti.
Ketakutan terhadap pandangan orang lain yang tak berdasar. Merasa rendah diri terhadap hal yang sangat mampu kulakukan. Merasa bersalah terhadap kesalahan apapun di hidupnya. Merasa sendiri dan selalu merasa tidak tenang.
Haruskah berterima kasih pada masalalu dan melupakan “sumbernya” bahwa ialah penyebab semua hal itu.
Karna dibalik semua itu, orang dewasa merasa bahwa aku anak yang ‘aman-aman’ saja. Hanya karna gampang diatur, tidak banyak menuntut dan tidak terlibat dalam banyak hal yang mengkhawatirnya. Menurut pandanganku, atau mereka berfikir sebaliknya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar