06/11/18

Haruskah!

Dengan bodohnya, selalu kujamu mereka yang bertamu, entah itu memang sengaja datang atau hanya lewat dan kemudian kupersilahkan tuk singgah.
Berusaha melakukan yang terbaik menurutku, menunjukkan bahwa dapat diandalkan, tanpa ragu pasang badan, bahkan hingga menciptakan pribadi baru guna membuat mereka nyaman.
Untuk kesejuta kalinya, mereka pergi satu persatu, hanya karna ku memperlihatkan isi rumahku. Entah karna terlalu kosong atau penuh sesak dengan rongsokan masa lalu.
Aku tidak ingin lagi menciptakan skenario hidup dan kehidupan, hanya ingin menjalani yang ada tanpa beban atau menjadi beban.
Aku hanya takut salah bertindak, berkata dan melangkah. Haruskah kudiam dan mundur hingga semua kembali normal.
Haruskah seperti itu, haruskah?
Aku lelah sendiri, namun ku pasti hanya menyakiti.

30/10/18

Ayah untuk yang Terkakhir

Harus kumulai dari mana atau harus kumulai dengan apa. Rindu...amat sangat rindu. Menangispun sudah tak bisa, hanya rindu dan sesal yang selalu menyiksa.
Aku iri dengan mereka, yang tumbuh dengan bahagia, merasa aman dan selalu terbuka.
Aku ingin bercerita, tapi entah dengan siapa. Mengisahkan keseharianku, keluh kesahku, terkadang rindu dimarahi karna pulang larut malam atau dihukum karna sembunyi sembunyi pergi dengan teman lelaki.
Papa... aku iri dengan mereka yang bisa bebas bercerita tentang diri mereka, tentang teman laki laki mereka, tentang sulitnya mencari teman yang tulus. Aku iri melihat mereka dengan asiknya bertukar pikiran dengan ayahnya, mengenai pekerjaan, kehidupan bahkan pertengkaran kecil dengan adik atau kakaknya.
Papa... Bisakah aku sekali saja sebelum mengakhiri semua ini merasakan yang mereka rasakan.
Aku sangat ingin merasakan memiliki ayah sekali lagi. Hanya sekali untuk terkahir kalinya.
Anehkah keinginanku ini pa?
Hanya rindu buta yang menyesakkan.
Teman yang selalu datang dan pergi begitu saja.
Aku rindu.

19/10/18

Maaf Untuk Malam

Maaf,  hanya kata itu yang terucap ketika membuka mata. Setelah sekian lama, akhirnya kita kembali bertemu. Dan aku sadar arti pertemuan itu.
Aku telah melangkah terlalu jauh dan aku harus kembali. Papa terima kasih telah hadir kembali mengingatkan. Tapi kenapa kau tak pernah mau menatapku.
Permintaan sederhana yang kau inginkan,  akankah aku mampu memenuhinya?
Maaf, hanya itu yang terlintas.  Maaf telah membuatmu menderita. Maaf karna telah melupakan keteduhan wajahmu,  suaramu,  aromamu dan hangatnya pelukanmu.
Aku akan berusaha memenuhinya, bantu aku mengingatmu,  teruslah hadir disetiap malamku. Aku sangat merindukanmu. Amat sangat rindu papa.
Banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang ingin kubagi denganmu. Aku akan menantimu di setiap malamku.

16/10/18

Kembalinya Sepi Si Penipu

Hanya malam yang dapat kupeluk,  menemani mimpiku meraih harapnya.  Dipadang sunyi itu pula bersembunyi si buas tipu daya penghancur nyata. 
Diantara kegelapan dan cahaya itu aku bersembunyi,  menanti takdir menarikku mendekat entah pada yang mana.
Aku benci terhanyut dalam permainan dunia,  bertopengkan simpati penuh kemunafikan. Hanya sebatas kiri dan kanan, dijilat atau menjilat, diterima atau menerima.
Sungguh keji jiwa munafik yang muncul dan mengakar dalam kerentanan fikiran semu.
Ya,  dia telah mati dalam kenyataannya, berharap tipu daya tak akan pernah menarikknya masuk dalam lakon.
Ya drama kotor yang sedang dimainkannya.

15/10/18

Yah, mereka disana!

Ingin sepi tapi bukan sunyi seperti ini.
Benar,  ini memang pilihanku untuk menjauh. Memang inginku untuk tidak terlibat.  Memang anganku untuk sendiri.
Tapi rasa itu tetap mati. Besar dalam diam,  tumbuh dalam bisu,  kau nyata atau tidak bukanlah masalah.
Iri itu selalu ada,  cemburu tidak pernah lari. 
Ya,  jiwa ini memberontak liar,  menanti uluran waktu mendekatkan diri.
Ku rindu bercengkerama dengan sah ayah.
Rindu hanya sebuah kata,  karna pada dasarnya itu hanya angan.
Yah,  ini yang kupilih. Menutup semua pintu dari mereka. Tapi melihat dari kejauhan amatlah menyakitkan. Dan aku lelah.

Lakukanlah

Yah, terserah apa yang akan terjadi.  Tak akan menanti,  tak akan mencari, tak akan menepi,  tak akan mengakhiri,  tak akan membenci,  tak akan menghakimi,  tak akan menghalangi, tak akan memaki dan tak akan menangisi.
Jadi lakukanlah apapun yang ingin kau lakukan.

14/10/18

Quit.

I just want to stop, get out or run away from everything. Aku ingin resign from this shit life. Jemu,  jenuh dan muak dengan segala kepalsuan yang entah datang dari siapa atau dari mana.
Senja dengan enggan menampakkan diri, sadar hanya pengganti untuk terang pada malam. Penguasa malam datang dengan duka bahagianya. Mengembala para pemimpi dan mempermainkan kehidupan sunyi.
Tak akan lama,  mentari akan kembali berjaya. Memenangi semua pertempuran hidup. Dan aku muak dengan sang terang yang menganakemaskan si penipu hati.
Mereka berlomba lomba mencari simpati dengan menjual harga diri. Menipu ketulusan hanya untuk ketenaran.
Lelah sungguh lelah dengan skenario baru ini. Haruskah aku mengubah kembali ceritanya atau kuharus mundur tuk kali ini.
Yah,  aku hanya ingin berhenti dari semuanya.
I QUIT.

10/10/18

Selamat Tinggal

Haah.  Sepi itu kembali menyeruak, bipolar yang tak kunjung membaik. Kembali putus asa dengan segala hal. Ketulusan yang tak pernah menunjukkan diri.
Yah,  hilanglah hingga aku tak perlu menanggung kecewa. Selesaikanlah semuanya hingga hingga aku tak akan mencari. Hapuslah segalanya hingga tak ada lagi yang terluka.
Baiklah,  semua harus berakhir. Selamat tinggal harus terucap,  katakan atau tinggalkan saja tanpa kata.
Jangan harap apapun lagi,  kekecewaan sudah didepan mata. Yah,  semuanya harus berhenti sesegera mungkin,  tanpa rasa dan tanpa kata.
Sebelum rindu itu tumbuh, rasa ini telah mati. Yah,  mari bersiap siap pindah kedunia tanpa rasa. Hilang atau mati hanya pilihan semu yang berakhir pada ketiadaan.
Pergilah sebelum semua menghilang.

30/09/18

Sunyi yang Setia

Entah sejak kapan malam menjadi sangat menyenangkan dan aku begitu mendambakannya. Menyusuri setiap jengkal gelapnya, menikmati pelukan kesunyiannya.
Bisakah ia bertahan sedikit lama denganku,  menemani sepiku dan menggenggam anganku.
Wahai pelukis malam, penulis mimpi. Tuliskan sebuah cerita mimpi untukku,  hingga aku terlena dalam damainya sepimu.
Tak inginku berpaling darimu,  hanya mampu berharap siang enggan kembali menampakkan diri.  Demi waktu yang selalu berputar,  untuk hari yang terus berlari. Biarlah sunyi setia mendampingi walau kelam yang akan kudapat dan gelap yang mendampingi hingga penghujungnya.

26/09/18

Persimpangan

Apakah sebuah kesalahan membuka kembali pintu usang itu.  Membentangkan selebar lebarnya? 
Apakah aku kembali membuat pilihan yang salah,  ataukah memang kesalahan itu ada padaku hingga aku melihat kegelapan berganda dan merasakan kekecewaan didepan tanpa pernah mencoba untuk beranjak.
Lihatlah aku,  terpuruk dalam kenistaan semu ciptaanku sendiri. Lihatlah aku, memaki banyangan yang terus aku ikuti. Lihatlah aku tertunduk lesu tanpa berani meraih mimpi dalam angan.
Dan lihatlah aku membangun kembali semua persimpangan itu dengan akhir yang sudah aku tuliskan.
Ribuan tanda kuabaikan,  karna hati sudah menanamkan niatnya.  Hanya jiwa terus bersedih dengan jalan berliku yang pasti akan dilaluinya. 
Kekecewaan lagikah, kehilangan lagikah, penyesalan tiada akhir karna memilih mengikuti kata hati.
Kuciptakan ruang semu itu dan kuharus lalui walau.
Beratkan?
Ya, amat sangat berat dengan jiwaku yang seperti ini. Amat sangat berat.

Selamat Datang Lagi

ya.. ya.. yaaa...
Hanya dapat mengatakan ya...yaaa
Selamat datang kembali,  lingkaran waktu yang akan terus berulang lagi dan lagi. Demi masa yang mengatur semuanya,  aku ingin semua ini berhenti.
Yaaaa... Bulan purnama itu memang sangat memikat, menenangkan hingga membuatmu enggan untuk beranjak menjauh.
Yaaaa... Jauh disisi lain dunia badai meluluhlantakkan semua yang menghalanginya.
Yaaa,,, sekali ya,,,  semua itu berhubungan, mereka terikat dengan takdirnya dan jalannya.  Dikala keindahannya dinikmati disini, namun sisi gelapnya menghancurkan disana. Hanya menunggu waktu kedua sisinya berpindah.
Yaaaa untuk ribuan kalinya selamat datang lagi wahai masa yang terus berulang.

14/09/18

Aku dan Aku

Demi waktu yang selalu memenangi setiap harap dan demi doa yang terwujud dalam semu.  Benar dalam bayangannya ia tercipta dalam caranya dan tumbuh dengan dirinya.
Pernah terfikir semuanya yang ditunjukannya hanya kepalsuan demi dunianya,  hanya karangan untuk kepamorannya.  Angin membisikkan untuk berhati hati.
Namun setitik angan ingin menguak cangkang keras itu,  memastikan harap itu ada. Walau mencengkam tapi cahaya itu terlihat nyata.
Ya,  kucoba meraih tali itu dan mencoba untuk tidak kembali tenggelam. Dan berharap pada penguasa malam bahwa harapan itu tidak semu. Mencoba kembali meniti tepian diri,  sambil berharap tidak kembali kepada jurang yang sama.

21/05/18

Aku Bukan Aku

Tak sejatinya ketenangan itu bertahan lama, bagai malam teduh tanpa bintang. Hanya impian lama yang kembali menyerang dingin tanpa ampun. Sebutir harap penuh dosa menguak tabir mimpi sang pelukis malam.
Isak pilu penjelajah sunyi kembali memekik mengguncang jiwa sepi pemilik hidup.
Entah hanya hampa yang akan berkembang biak dalam keabadian, atau ratap nyinyir penggali bahagia tanpa muka.
Dan tuk kesejuta kalinya, ia menang dalam pertempuran sunyinya. Dan kembali dalam hamparan semu masa tanpa jarak.

05/01/18

Kembalinya Mimpi

Tenanglah jiwaku,  redam gejolakmu. Tegarlah hatiku,  simpan hasratmu.  Tahan riuh genderang detakmu.  Kuatkan pijakanmu,  eratkan tanganmu dan tahan dirimu.
Usah kau berhambur kehadapannya.  Beri ruang tuk terbiasa kembali. Luangkan waktu agar ia menatapmu kembali. Sedikit jarak tuk memulai kembali.
Sebuah ikatan tipis penuh makna.
Simpan kata maafmu hingga semua kembali.
Tarik dan tahan nafasmu, hembuskan perlahan agar kegembiraan itu tak tampak nyata.
Runtuh sudah pertahanan ku kala ia berkata "halo".
Rindu itu pun kembali. Kata yang tlah lama hilang pun mencuat muncul tanpa malu, true friend are you "real"?