Harus kumulai dari mana atau harus kumulai dengan apa. Rindu...amat sangat rindu. Menangispun sudah tak bisa, hanya rindu dan sesal yang selalu menyiksa.
Aku iri dengan mereka, yang tumbuh dengan bahagia, merasa aman dan selalu terbuka.
Aku ingin bercerita, tapi entah dengan siapa. Mengisahkan keseharianku, keluh kesahku, terkadang rindu dimarahi karna pulang larut malam atau dihukum karna sembunyi sembunyi pergi dengan teman lelaki.
Papa... aku iri dengan mereka yang bisa bebas bercerita tentang diri mereka, tentang teman laki laki mereka, tentang sulitnya mencari teman yang tulus. Aku iri melihat mereka dengan asiknya bertukar pikiran dengan ayahnya, mengenai pekerjaan, kehidupan bahkan pertengkaran kecil dengan adik atau kakaknya.
Papa... Bisakah aku sekali saja sebelum mengakhiri semua ini merasakan yang mereka rasakan.
Aku sangat ingin merasakan memiliki ayah sekali lagi. Hanya sekali untuk terkahir kalinya.
Anehkah keinginanku ini pa?
Hanya rindu buta yang menyesakkan.
Teman yang selalu datang dan pergi begitu saja.
Aku rindu.
30/10/18
Ayah untuk yang Terkakhir
19/10/18
Maaf Untuk Malam
Maaf, hanya kata itu yang terucap ketika membuka mata. Setelah sekian lama, akhirnya kita kembali bertemu. Dan aku sadar arti pertemuan itu.
Aku telah melangkah terlalu jauh dan aku harus kembali. Papa terima kasih telah hadir kembali mengingatkan. Tapi kenapa kau tak pernah mau menatapku.
Permintaan sederhana yang kau inginkan, akankah aku mampu memenuhinya?
Maaf, hanya itu yang terlintas. Maaf telah membuatmu menderita. Maaf karna telah melupakan keteduhan wajahmu, suaramu, aromamu dan hangatnya pelukanmu.
Aku akan berusaha memenuhinya, bantu aku mengingatmu, teruslah hadir disetiap malamku. Aku sangat merindukanmu. Amat sangat rindu papa.
Banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang ingin kubagi denganmu. Aku akan menantimu di setiap malamku.
16/10/18
Kembalinya Sepi Si Penipu
Hanya malam yang dapat kupeluk, menemani mimpiku meraih harapnya. Dipadang sunyi itu pula bersembunyi si buas tipu daya penghancur nyata.
Diantara kegelapan dan cahaya itu aku bersembunyi, menanti takdir menarikku mendekat entah pada yang mana.
Aku benci terhanyut dalam permainan dunia, bertopengkan simpati penuh kemunafikan. Hanya sebatas kiri dan kanan, dijilat atau menjilat, diterima atau menerima.
Sungguh keji jiwa munafik yang muncul dan mengakar dalam kerentanan fikiran semu.
Ya, dia telah mati dalam kenyataannya, berharap tipu daya tak akan pernah menarikknya masuk dalam lakon.
Ya drama kotor yang sedang dimainkannya.
15/10/18
Yah, mereka disana!
Ingin sepi tapi bukan sunyi seperti ini.
Benar, ini memang pilihanku untuk menjauh. Memang inginku untuk tidak terlibat. Memang anganku untuk sendiri.
Tapi rasa itu tetap mati. Besar dalam diam, tumbuh dalam bisu, kau nyata atau tidak bukanlah masalah.
Iri itu selalu ada, cemburu tidak pernah lari.
Ya, jiwa ini memberontak liar, menanti uluran waktu mendekatkan diri.
Ku rindu bercengkerama dengan sah ayah.
Rindu hanya sebuah kata, karna pada dasarnya itu hanya angan.
Yah, ini yang kupilih. Menutup semua pintu dari mereka. Tapi melihat dari kejauhan amatlah menyakitkan. Dan aku lelah.
Lakukanlah
Yah, terserah apa yang akan terjadi. Tak akan menanti, tak akan mencari, tak akan menepi, tak akan mengakhiri, tak akan membenci, tak akan menghakimi, tak akan menghalangi, tak akan memaki dan tak akan menangisi.
Jadi lakukanlah apapun yang ingin kau lakukan.
14/10/18
Quit.
I just want to stop, get out or run away from everything. Aku ingin resign from this shit life. Jemu, jenuh dan muak dengan segala kepalsuan yang entah datang dari siapa atau dari mana.
Senja dengan enggan menampakkan diri, sadar hanya pengganti untuk terang pada malam. Penguasa malam datang dengan duka bahagianya. Mengembala para pemimpi dan mempermainkan kehidupan sunyi.
Tak akan lama, mentari akan kembali berjaya. Memenangi semua pertempuran hidup. Dan aku muak dengan sang terang yang menganakemaskan si penipu hati.
Mereka berlomba lomba mencari simpati dengan menjual harga diri. Menipu ketulusan hanya untuk ketenaran.
Lelah sungguh lelah dengan skenario baru ini. Haruskah aku mengubah kembali ceritanya atau kuharus mundur tuk kali ini.
Yah, aku hanya ingin berhenti dari semuanya.
I QUIT.
10/10/18
Selamat Tinggal
Haah. Sepi itu kembali menyeruak, bipolar yang tak kunjung membaik. Kembali putus asa dengan segala hal. Ketulusan yang tak pernah menunjukkan diri.
Yah, hilanglah hingga aku tak perlu menanggung kecewa. Selesaikanlah semuanya hingga hingga aku tak akan mencari. Hapuslah segalanya hingga tak ada lagi yang terluka.
Baiklah, semua harus berakhir. Selamat tinggal harus terucap, katakan atau tinggalkan saja tanpa kata.
Jangan harap apapun lagi, kekecewaan sudah didepan mata. Yah, semuanya harus berhenti sesegera mungkin, tanpa rasa dan tanpa kata.
Sebelum rindu itu tumbuh, rasa ini telah mati. Yah, mari bersiap siap pindah kedunia tanpa rasa. Hilang atau mati hanya pilihan semu yang berakhir pada ketiadaan.
Pergilah sebelum semua menghilang.