Aku meninggalkan kota yang hiruk pikuk untuk duduk dalam bayangan pohon terpencil jiwaku, ditengah ladang jauh dalam kehidupanku. Diamlah hatiku, hingga fajar datang menerangi gelap liang nuraniku, diamlah dan hadirilah ceritaku. Tipuan seorang sahabat pada sahabatnya, jeritan hati pada nuraninya. Kemarin benakku adalah pelabuhan kapal layarku. Ditengah ombak kepalsuan dan badai kemunafikan. Angin membawanya padaku dari daratan merah penguasa hati, mengaruhi masa lalu penuh debu dan kehampaan.
Dan, perahuku kosong kecuali oleh harapan dan kepercayaannya. Diwajah lautan aku berkata pada diriku sendiri "aku akan kembali pada tanah kelahiranku sendiri dan menuai bahagia tuk memenuhi perahuku."
Aku memenuhi perahuku dengan seluruh kebutuhannya. Disaat tugasku hampir selesai, ia mencabuti papan perahuku satu demi satu. Aku terombang ambing dalam kegetiran hidupku. Kumasuki dermaga dengan perahu setengah tenggelam dan kepercayaan serta harapan padanya yang terbawa ombak.
Aku ditipu lagi oleh mereka pendayung hidupku. Terdampar dalam kenistapaan dan kepasrahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar